Kamis, 23 September 2010

Mulailah dengan menyapaku

"Ko diam?" Dan memang semuanya terdiam. Dia dan aku, kita berdua memang selalu terdiam. Bukan hanya saat beradu muka, sampai saat bertautan di dunia mayapun kita masih terdiam; tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut kami berdua. Dunia yang sebenarnya ramai dan dunia maya yang tak kalah ramai seketika berubah menjadi sangat kaku dan dingin saat kami harus saling bertautan. Jari-jari ini tak sanggup untuk berlarian di atas keyboard lagi.

Dinginnya dan kakunya sikap kami sudah mulai tersasa saat mulai terciumnya "aroma ketidakberesan" diantara kami. Sejak saat itu kami saling enggan untuk menyapa; sebenarnya aku pribadi masih belum yakin, entah enggan ataukah malu. Semua kata terasa sangat sulit untuk aku bunyikan saat aku harus bertemu dengannya; bahkan kata "hai" sekalipun. Lidahku kaku, dan pita suaraku tiba-tiba terasa sangat berat untuk berkata-kata. 

"Haruskah terus seperti ini?" gumamku dalam hati. Jika kebekuan ini terus dibiarkan maka pastilah akan menghancurkan semuanya, seperti sebuah batu es yang sangat beku maka akan sangat mudah untuk dihancurkan. "Assalamualikum, Apaka kabar?" pertnayaan datar dan sangat terdengar kaku. Namun aku mencoba untuk memulai percakapan; setidaknya berusaha untuk meleburkan susana.
"Alhamdulillah sehat, dimas sehat?"
"Alhamdulillah" percakapapun berlanjut.
Sedikit demi-sedikit gunung es yang selama ini membeku mulai mencair.
"Mulailah menyapaku, dan jangan pernah sungkan untuk sekedar mengucapkan "hai" ". Percapakanpun ku akhiri.
"assalamualaikum".